Rabu, 23 September 2015

Sejarah Hydroponik


Hydroponik sebenarnya bukan teknologi baru dalam bidang pertanian. Mesir, China dan India adalah Negara-negara yang pertanama kali mempraktekkan menanam semangka, mentimun dan sayur-mayur di bedengan pasir pinggir sungai. Mereka menyiramkan pupuk organic pada tanaman yang dibudidayakan sehingga bisa tumbuh optimal. 

Kegiatan menanam tanpa tanah ditulis pada buku Sylva Sylvarum oleh Francis Bacon yang dibuat pada tahun 1627, dicetak setahun setelah kematiannya. Setelah itu teknik budidaya pada air menjadi penelitian yang popular. Pada tahun 1699, John Woodward menerbitkan percobaan budidaya air dengan spearmint. Ia menemukan bahwa tanaman dalam sumber-sumber air yang kurang murni tumbuh lebih baik dari tanaman dengan air murni.


Seiring perkembangan ilmu pertanian, pada tahun 1842 telah disusun daftar Sembilan elemen diyakini penting untuk pertumbuhan tanaman, dan penemuan dari ahli botani Jerman Julius Von Sachs dan Wilhelm Knop, pada tahun 1859-1865, mengembangkan teknik budidaya tanpa tanah. Pertumbuhan tanaman darat tanpa tanah dengan larutan yang menekankan pada pemebuhan kebutuhan nutrisi mineral bagi tanaman. Hal tersebut dengan cepat menjadi standar penelitian dan teknik pembelajaran, dan masih banyak digunakan saat ini.

Hydroponik masuk ke Indonesia diperkirakan pada awal tahun 1980-an. Di Tanah Air, Hydroponik mendapat sambutan hangat dari masyarakat, terutama para tanaman-lovers (pecinta tanaman/ hoby bertanam). Awalnya memang hanya para tanaman-lovers yang memanfaatkan budidaya dengan hydroponic ini. Bagi mereka budidaya tanaman tanpa tanah dengan hasil produksi yang tidak kalah dengan pertanian cara konvensional merupakan hal baru yang menarik.

Namun dalam perkembangnnya, Hydroponik tidak hanya dimanfaatkan oleh tanaman-lovers sebagai sarana untuk menyalurkan hobi mereka untuk bercocok tanam, tetapi juga mereka yang melihat hal ini sebagai salah satu pilihan usaha dalam agrobisnis. Lewat Hydroponik mereka bisa menghasilkan komoditas pertanian yang bernilai ekonomi tinggi, seperti sayuran-sayuran exclusive yang mahal, sehingga secara bisnis tergolong bentuk usaha baru yang feasible (layak) dan profitable (menguntungkan). 

Selasa, 01 September 2015

Hydroponic System NFT (Nutrient Film Technique)


Kali ini saya akan berbagi tentang Hydroponic yang menggunakan system NFT (Nutrient Film Technique). Pada Sistem ini akar tanaman dialiri air nutrisi setinggi kurang lebih 3mm. Mengapa cuma 3 mm yang teraliri air nutrisi? Karena kalau semua akar teraliri maka ruang untuk oksigen tidak ada sehingga akar kekurangan oksigen yang menyebabkan pertumbuhan kurang bagus, dan akar bisa membusuk atau tidak sehat (akar berwarna coklat).

Untuk Sistem ini, pengalaman kami menggunakan pipa PVC berukuran 3inch dengan panjang 3 meter. Pipa tersebut kami susun empat tingkat. Untuk mengalirkan nutrisi dari bak penampungan nutrisi ke pipa, kami menggunakan pompa air untuk kepasitas 3 meter. Kombinasi kemiringan pipa dan kecepatan air nutrisi harus diperhatikan, sehingga aliran terkontrol (tidak menggenang di salah satu titik).

Peralatan yang diperlukan untuk sistem ini antara lain, Bak penampungan nutrisi (kami menggunakan box Styrofoam biar air tetap dingin meski cuaca panas ), Pipa PVC 3 inch, rock wool, pompa air, netpot, kain flanel. 

keuntungan sistem NFT ini adalah, aliran nutrisi bisa seragam sehingga hasil panen lebih maximal. Sementara kekurangan dari sistem ini biaya awal yang besar serta bergantung pada listrik. 

Berikut saya lampirkan foto2 sistem NFT : 
Bak penampungan air nutrisi:















Selain menggunakan Pipa PVC, sistem NFT juga bisa menggunakan talang air, biasa disebut dengan gully. Sistem kerjanya sama, bedanya dengan talang air ini tidak perlu kain flanel, karena akar menempel dasar talang. Berikut contoh gambarnya :
Nampak atas:
Nampak Bawah:

Kamis, 13 Agustus 2015

Kebun Mungil Hydroponic Depan Rumah



Bertanam merupakan salah satu hobby kami. Karena tinggal di perkotaan, jadi lahan yang berupa tanah sudah sangat sempit, apalagi tinggal di perumahan. Halaman rumah hanya berupa lantai plesteran, tidak ada space yang bisa untuk menanam dengan tanah. Tanah sudah tertutup dengan lantai semen, alhasil kami cari alternatif untuk tetap bisa bertanam dengan lahan yang sempit. Kami berkenalan dengan hydroponic, yaitu cara bertanam dengan media air bernutrisi. Hasilnya ngak kalah bagusnya dengan hasil pertanian di perkebunan. Awalnya kami heran, ternyata selada bisa tumbuh subur di halaman rumah di tengah kota. Biasanya kita jumpai selada hidup di daerah perkebunan bukan? Dan hasilnya bisa jadi lebih bagus karena pengaturan nutrisi yang tepat. Berikut gambar kebun mungil hydroponic kami :)

Berikut adalah foto selada romain dan christine (yang bulet curly):


Selada jenis mondai:

kalau ini pakchoy dan kailan:

Pagoda:
Nah berikut hasil panen kami: 


Wow senengkan melihatnya:) Hayuk tunggu apalagi hijaukan lingkungan kita:)



Selasa, 02 Juni 2015

Pertanian Organik VS Hidroponik (Part 2)


Berikut lanjutan dari Pertanian Organik VS Hidroponik Part 1. Kali ini penjelasannya lebih mantab lagi, saya kutipkan dari Goodplant "Hidroponik" Indonesia. Berikut kutipannya:

Apakah pupuk kimia itu berbahaya untuk kesehatan?
Apakah pupuk organik itu dijamin aman untuk kesehatan?
Saya mendapati info bahwa pada kotoran ayam broiler terdapat residu antibiotik, saya membaca dari beberapa artikel.
Mari memahami secara sederhana namun ilmiah mengenai pupuk kimia dan organik terhadap kesehatan manusia
Unsur hara didunia ini ada ratusan, terbagi menjadi 3 golongan
1. Yang HANYA DAN HARUS dikonsumsi manusia dan hewan yaitu Na, Se, Fe, Ca, I, N, Mg, P, S dll. Coba cek komposisi minuman ber ion, itulah unsur hara
2. Yang HANYA DAN HARUS dikonsumsi tanaman yaitu C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S, Cl, Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, Cl
3 Yang bisa dikonsumsi manusia, hewan maupun tanaman yaitu N, Mg, P, S. Artinya ion ini sama sama dibutuhkan tanaman maupun manusia dan hewan
Secara ilmiah seperti ini
Pupuk kimia/organik atau apapun > diberikan ke media > pupuk Organik mengalami dekomposisi, pupuk kimia tanpa dekomposisi > pupuk Organik maupun kimia berubah jadi ION, ION termasuk kimia > diserap tanaman > tanaman berfotosintesis merubah ion jadi karbohidrat > dipanen > dimakan manusia
Jadi yang dimakan manusia itu sudah berbentuk karbohidrat/protein dll bukan lagi pupuknya. Apakah makan karbohidrat, protein dari nabati bisa menyebabkan penyakit genetik/berbahaya untuk kesehatan?
Nutrisi hidroponik tidak ramah lingkungan? bukankah hidroponik tidak pakai tanah, sistem nutrisinya tidak berhubungan dengan lingkungan. Kalaupun nutrisi hidroponik disiramkan ke tanah justru akan menambah kesuburan tanah
Pemupukan yang benar adalah memberikan kekurangan unsur hara yang tidak terdapat pada media (tanah atau non tanah). Jadi kita harus tau di tanah/media apapun sudah ada berapa unsur hara, tanaman butuh berapa unsur hara, sudah tercukupi atau belum, kalau belum ya ditambahkan dengan pupuk. Bukan setiap menanam pasti pakai pupuk dengan takaran X, beda tanah beda kandungan unsur hara.
Contoh:
Ditanah lokasi A sudah ada 5 unsur hara (UH), tanaman butuh 10 UH, jadi pupuknya butuh 5 UH
Ditanah lokasi B sudah ada 3 unsur hara (UH), tanaman butuh 10 UH, jadi pupuknya butuh 7 UH
Ditanah lokasi C sudah ada 9 unsur hara (UH), tanaman butuh 10 UH, jadi pupuknya butuh 1 UH
Yang terjadi adalah dari jumlah UH yang diberikan lewat pupuk belum tentu semua dapat terserap tanaman karena ditanah ada proses penguapan, pelindian, terikat oleh ion tanah, tidak larut sempurna dll
Kasus saat ini adalah rekomendasi yang diberikan pihak terkait untuk lokasi A, B, C ... Z adalah sama misal 5, menyebabkan pada lokasi B kekurangan dan lokasi C kelebihan. Yang paling berbahaya adalah kalau kelebihan, akan menumpuk ditanah, tanah jadi rusak dan justru tidak bisa diserap tanaman untuk periode tanam selanjutnya. Oleh karena itu saat ini pihak terkait sadar kalau melakukan kesalahan lalu dibuat program organik, karena dengan bahan organik bisa mendekomposisi pupuk kimia yg tadi didalam tanah agar terurai dan bisa diserap tanaman. Itulah kenapa pupuk organik bisa membuat tanaman subur, bukan karena kandungan dari pupuk organik tersebut, buktinya coba dibaca komposisi dari pupuk organik yang beredar hanya mengandung kecil/sedikit sekali unsur hara (kalau misalnya besar justru harus dicurigai karena bahan alami hanya mengandung sedikit unsur hara).
Tanah tidak bisa hanya diberikan bahan organik karena tanah itu sendiri terdiri dari kandungan kimia, fisika dan biologi.
YANG BENAR ADALAH PEMUPUKAN BERIMBANG ANTARA KIMIA DAN ORANIK DENGAN MEMBERIKAN BERAPA KEKURANGAN UNSUR HARA DARI TANAH TEMPAT KITA MENANAM
Hidroponik lokasi A, B, C, D, E sampai Z (dimanapun) sudah ada 0 unsur hara (UH) alias tidak ada sama sekali karena hidroponik pakai media non hara, tanaman butuh 10 UH, jadi pupuknya butuh 10 UH.
Yang terjadi adalah dari jumlah UH yang diberikan lewat pupuk maka 100% semua akan terserap, jadi tanaman cepat tumbuh, lebih subur, besar, semua kebutuhan unsur hara tercukupi, sehat dll. Itu kenapa tanaman hidroponik lebih bagus dari segi kualitas maupun kuantitas. Logikanya adalah anak kecil yang setiap hari diberi makan 4 sehat 5 sempurna dan selalu dimakan habis maka pertumbuhannya akan baik dan sehat bebas penyakit.
Yang berbahaya untuk kesehatan adalah pestisida kimia karena kandungan kimianya bersifat meracun, menempel pada bagian luar tanaman (daun/buah), dikonsumsi manusia.
Yang berbahaya lainnya adalah logam berat yang juga tidak dapat dirubah oleh tanaman (bentuknya tetap logam berat), dikonsumsi dalam jangka waktu lama menyebabkan kanker, kelainan genetik dll. Logam berat bisa terdapat dimana saja misal tanah, air, dll
Bapak dan ibu bisa simpulkan sendiri

Semoga bermanfaat temans :)

Pertanian Organik VS Hidroponik (Part 1)



Sebagian dari kita masih ragu-ragu, apakah cara bertanam hydroponik aman untuk dikonsumsi? Hydroponik kan menggunakan pupuk kimia, brarti kita makan bahan kimia nya dunk? Nah kali ini saya akan kutipkan penjelasan tentang perbedaan organik dan hydroponik. Tulisan ini saya kutipkan dari BBPP Lembang (Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang). Berikut kutipannya:
Saat ini semakin banyak perdebatan mengenai mana yang lebih baik, apakah hasil tanaman organik atau hidroponik. Perdebatan yang cukup kompleks dikalangan masyarakat bahkan pelaku bisnis pertanian ini muncul  karena semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat akan hasil pertanian yang aman dan baik bagi manusia dan alam, yang bahkan kemudian paradigma ini kian menjadi tren.
Saat ini masyarakat semakin tertarik dengan makanan yang berlabel organik. Bahkan bukan hanya makanan sekarang ini segala sesuatu yang berlabel organik selalu laris manis dan dicari orang dipasaran, Contohnya :beras organik, buah dan sayur organik, kosmetik organik, shampo organik bahkan tas dan pakaian organik menjadi buruan dan tren di masyarakat.
Apapun yang dihasilkan melalui proses pertanian organik selama ini dianggap lebih aman dan baik bagi manusia dan lingkungan. Tren organik membuat hasil pertanian dengan label ‘organik’ memiliki nilai jual yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pertanian konvensional. Sebaliknya, hasil pertanian dengan cara hidroponik  justru mulai kehilangan pamor karena dianggap menggunakan bahan kimia dalam proses pembuatan nutrisinya serta banyak menggunakan bahan-bahan yang sulit terurai di alam, sehingga dianggap bertentangan dengan semangat pertanian organik.  Lalu apa pertimbangan yang membuat kita dan masyarakat berasumsi bahwa sistem pertanian organik lebih baik bagi kita dan lingkungan dibandingkan dengan pertanian konvensional atau hidroponik.
Saat ini, banyak sekali perdebatan mengenai terminologi pertanian organik, apakah semua tanaman yang berbasis dan ditumbuhkan melalui proses pemberian bahan organik secara otomatis disebut atau berpredikat produk pangan organik?, ataukah masih harus dilihat lagi seluruh proses budidayanya hingga pada kandungan gizi yang menentukan kualitas dari tanaman itu sendiri? Lalu bagaimana dengan aturan penanaman organik yang baik dan benar menurut kaidah ilmu pertanian? Apakah semua produk yang di hasilkan dari sistem pertanian dan berlabel organik ini menjamin keamanan bagi kita selaku konsumen?. Regulasi dan definisi mengenai pangan organik masih belum seragam, bahkan berbeda di masing-masing negara sehingga mungkin yang kita anggap sebagai prosuk organik disini belum tentu dianggap organik di Negara lain karena memang belum ada standard baku yang mengatur tentang hal ini yang disepakati secara internasional.
Asumsi masyarakat pada umumnya (terutama masyarakat menengah ke atas) sementara ini adalah bahwa sistem pertanian organik dianggap lebih sehat karena bebas pestisida kimia. Dalam pertanian organik sangat tabu menggunakan pestisida kimia dalam pengendalian hama dan penyakitnya. Penggunaan pestisida nabati dianggap ramah lingkungan dan tidak menyebabkan bahaya bagi manusia yang mengkonsumsi hasil pertanian organik tersebut. Padahal produk pertanian yang dihasilkan dengan sistem hidroponik yang tepat dan lingkungan yang terkontrol dengan baik bahkan sama sekali tidak memerlukan pestisida kimia sehingga tentu saja memiliki tingkat keamanan untuk dikonsumsi yang sama dengan hasil pertanian dengan menggunakan sitem organik.
Pertanian organik dianggap lebih ramah lingkungan, tidak menyebabkan penurunan kualitas tanah, tidak menimbulkan limbah pertanian yang berbahaya bagi lingkungan seperti residu pestisida atau pupuk kimia yang dianggap merusak struktur tanah sehingga kualitas lingkungan dan lahan pertanian jadi menurun.  Sistem hidroponik tentu juga memenuhi kualifikasi seperti ini. Sistem hidroponik tidak akan merusak tanah karena sistem hidroponik sama sekali tidak menggunakan tanah, dan penggunaan nutrisi yang sangat presisi disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dalam budidaya hidroponik sehingga bila dapat dikelola dengan baik, sangat kecil efek residu pupuk yang berbahaya di lingkungan kita.
Pertanian organik dianggap memiliki kandungan gizi yang jauh lebih baik dan lebih sehat karena menggunakan pupuk organik dan rasanya lebih renyah dan enak. Namun demikian, hasil pertanian hidroponik juga  masuk dalam katagori sehat dan enak ini, bagaimana tidak? Dengan nutrisi yang sangat terkontrol sesuai jenis tanamannya, membuat tanaman dapat tumbuh dengan optimal dan mendapatkan apa yang dibutuhkannya dengan tepat sehingga menghasilkan tekstur dan rasa yang renyah. Disamping itu, kandungan gizi dalam produk hidroponik sangat baik karena nutrisi yang diberikan kepada tanaman dapat dikontrol sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan.
Pada dasarnya unsur hara diserap tanaman dalam bentuk ion-ion, baik yang berasal dari pupuk organik ataupun yang berasal dari nutrisi hidroponik sehingga sebenarnya tidak berbeda apa yang masuk ke dalam tubuh tanaman tersebut dan digunakan dalam proses fisiologisnya. Perlu diperhatikan juga bahwa terkadang ketika dilakukan pengujian terhadap hasil pertanian organik,  ternyata produk pangan tersebut mengandung salah satu unsur yang berlebihan contohnya adalah  unsur nitrogen yang melebihi batas aman untuk dikonsumsi. Adanya kandungan unsur yang berlebihan pada hasil tanaman organik ini dimungkinkan terjadi karena penggunaan pupuk organik yang berlebihan sehingga unsur tersebut terserap tanaman dalam jumlah yang cukup banyak pula. Produk seperti ini meskipun ditanam dengan  sistem organik, tidak dapat di kategorikan dan diberi label organik. Kondisi kandungan unsur berlebihan pada produk pertanian sangat kecil terjadi apabila kita menggunakan sistem hidroponik sebab jumlah unsur yang diberikan dapat kita modifikasi dan dihitung secara tepat agar tidak berlebihan.
Selain itu terdapat contoh kasus pada tahun 1995 di daratan Amerika sempat terjadi wabah salmonella yang cukup berbahaya dimana setelah teliti ternyata berasal dari tanaman organik yang menggunakan pupuk kandang ayam segar. Hasil dari tanaman tersebut ternyata terkontaminasi bakteri yang menyebabkan sakit perut parah pada konsumen yang mengkonsumsinya.
Dari segi kandungan gizi pada produk pertanian, pada tahun 1994 sebuah tes pernah dilakukan oleh kelompok investigasi dari Laboratorium Teknologi Tanaman Universitas San Jose California, untuk mengetahui kandungan vitamin dan mineral yang terkandung dalam hasil tanaman hidroponik dibandingkan dengan hasil tanaman organik dan juga hasil tanaman yang dibudidayakan secara konvensional. Kelompok tersebut melakukan penelitian terhadap tomat dan paprika yang ditumbuhkan dalam ketiga kondisi tersebut, dan hasilnya menunjukkan bahwa tanaman hasil hidroponik memiliki vitamin dan mineral yang secara signifikan lebih tinggi dan sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia dibanding dengan pola konvensional maupun organik. Hal ini menunjukkan bahwa kalibrasi dan ketepatan penggunaan unsur hara pada tanaman sangat menentukan tingkat optimalisasi kandungan nutrisi pada hasil tanaman tersebut, bahkan  disebutkan dalam penelitian tersebut rasanyapun lebih enak. Ketepatan pemberian hara pada tanaman adalah kunci dalam sistem hidroponik. Di Amerika sendiri penggunaan sistem hidroponik secara komersial semakin meluas guna memenuhi kebutuhan pangan masyarakatnya.
Satu hal yang harus kita ketahui  adalah bahwa sistem pertanian hidroponik juga memungkinkan kita untuk tetap dapat menumbuhkan makanan kita meski dalam kondisi terbatasnya lahan yang ada dan ini tidak dapat dilakukan dalam pertanian organik. Disamping itu meskipun secara ekonomis pada awalnya investasi yang dibutuhkan dalam penggunaan sistem hidroponik cukup besar namun selanjutnya justru akan lebih murah, sebab tenaga kerjanyapun tidak perlu terlalu banyak. Kerusakan tanaman juga dapat lebih minimalkan dan tentu memiliki bentuk visual yang lebih menarik dan bersih baik tanamannya maupun lingkungan, sehingga cukup baik dari segi estetika.
Namun demikian masih ada pemahaman dari beberapa kalangan bahwa sistem pertanian  hidroponik masih dianggap kurang ramah lingkungan karena dalam skala komersial masih banyak menggunakan bahan-bahan yang tidak dapat didaur ulang seperti paralon, besi, dan bahkan terkadang sisa air nutrisi hidroponik yang belum dikelola dengan baik malah dapat menyebabkan pencemaran air apabila di lakukan dalam sekala besar. Penggunaan unsur-unsur teknis kimia dalam perakitan nutrisi hidroponik menjadi isu besar tersendiri yang menurunkan nilai jual produk hidroponik bila dibanding dengan produk organik meski dari hasil penelitian kandungan gizi dari hasil produk hidroponik tidak lebih buruk dari produk organik. Saat ini mulai banyak percobaan penggunaan mineral-mineral organik yang digunakan untuk perakitan nutrisi hidroponik sehingga diharapkan nantinya label organik juga dapat diterapkan pada produk pertanian hidroponik.
Isu utama dalam hal ini adalah bagaimana kemudian produk pertanian hidroponik dapat di sejajarkan dengan tren pertanian  organik yang ada saat ini. Tentu semua produsen dan konsumen sangat paham bahwa trend organik ini akan terus terjadi. Pada dasarnya kedua cara penanaman baik organik maupun hidroponik sama-sama baik, dan apabila kemudian ditemukan perbaikan dalam penggunaan peralatan dan perlakuan pada  sistem pertanian  hidroponik yang lebih ramah lingkungan dan nutrisi yang lebih ‘organik’ tentu diharapkan hasil produksinya dapat memiliki ‘image’ yang dapat disamakan dengan produk organik. 
Nah itu tadi kutipan dari BBPP Lembang.
Semoga bermanfaat temans ;)


Rabu, 13 Mei 2015

Cara Menyemai Ala Hydroponic

Kali ini saya akan berbagi tentang bagaimana cara menyemai dengan metode hydroponik. Sebenarnya tidak susah menyemai secara hydroponik ini, semua orang bisa melakukannya. Hal yang perlu dipersiapkan yakni, bibit tanaman dan media penyemaian.

Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Siapkan media penyemaian, media penyemaian bisa menggunakan rockwool, sekam, atau cocopeat. Kali ini saya menggunakan rockwool. Pertama potong rockwool dengan ukuran kurang lebih 2 x 2 x 1 cm. Setelah itu, susun rockwool di nampan atau wadah lain. Untuk tempat benih/bibit tanaman, rockwool dilubangi (dengan tusuk gigi, paku atau tools lain), silahkan disesuaikan dengan ukuran benih tanaman, lalu benih dimasukkan ke dalam lobang dan setelah itu disiram air (tidak terlalu becek). Kali ini saya menyemai berbagai jenis benih tanaman, ada kangkung, selada, kailan. Oia untuk lubang sesuaikan dengan jenis tanamannya, misal kangkung dan bayam, dalam satu rockwool bisa lebih dari satu benih (saya biasanya 5 benih sekaligus dlm satu rockwool), karena pertumbuhannya cenderung vertikal, sedangkan selada, sawi, pakcoy, dalam satu rockwool cukup satu benih karena pertumbuhannya cenderung melebar/horizontal.  Untuk lebih jelasnya bisa dilihat di gambar berikut:















2. Setelah langkah pertama selesai, silahkan tempat penyemaian ditutup. Hal ini dengan tujuan supaya benih cepet sprout (pecah). Berikut contoh gambarnya:
3. langkah selanjutnya amati hasil penyemaian yang sudah dilakukan, apakah semua sudah sprout ato masih ada yg belum. Jika teman menemukan benih sudah sprout, maka selanjutnya pisahkan antara yang sprout dengan yang belum. Benih yang belum sprout bisa ditutup kembali, sedangkan benih yang sudah sprout sebaiknya dikenakan cahaya matari minimal 6 jam sehari.


Gambar disamping, contoh kailan yang sudah sprout di hari pertama.














Nah gambar-gambar diatas semoga bisa memperjelas ilustrasi yang saya tuliskan.
3. Langkah selanjutnya, kalau bibit sudah muncul daun hijau sekitar 3 atau 4 daun, benih tanaman bisa dipindahkan ke media tanam yang sudah direncanakan.

Untuk langkah selanjutnya disesuaikan dengan system yang akan temen2 pake, bisa wick system, NFT, vertigasi ato yang lain. Untuk wick system saya pernah tuliskan, silahkan temans berkunjung, untuk system yang lain menyusul berikut juga tentang nutrisi hydroponik.

Selamat berkarya temans:)

Selasa, 31 Maret 2015

Hidroponik dengan Wick System

Wick system atau disebut dengan sistem sumbu merupakan teknik bertanam hidroponik yang paling sederhana. Teknik ini sama dengan prinsip sumbu kompor. Kita perlu sumbu untuk mengalirkan nutrisi menuju tanaman, makanya disebut dengan system sumbu. Kita tidak perlu biaya mahal untuk bisa bertanam dengan sistem ini. Peralatan yang kita butuhkan tersedia disekitar kita.
Berikut peralatan yang dibutuhkan:
Bak nutrisi
Bisa menggunakan ember, botol plastic air mineral, box stereofoam, talang air.

Ember  bisa kita gunakan untuk bak nutrisi. Caranya dengan memasang tutupnya atau kalau tidak ada tutupnya kita bisa menggunakan stereofoam sebagai tutup. Jangan lupa untuk member lubang pada tutupnya untuk aliran udara, terutama oksigen, agar akarnya tidak mudah busuk. Ciri2 akar sehat yaitu akar berwarna putih, kalau akar berwarna coklat maka itu tanda2 akar busuk, kalau sudah busuk maka tanaman akan layu dan sulit untuk tumbuh. Oia untuk menopang tanamannya kita bisa menggunakan sekam atau cocopeat (serabut kelapa). Bisa dilihat di gambar berikut:















Botol plastic juga bisa menjadi bak nutrisi untuk system wick, tapi jangan lupa untuk menutup dengan plastic hitam supayacahaya matahi tidak tembus ke dalam botol, kl cahaya matahari bisa tembus  lumut bisa tumbuh subur di dalam botol. Kalau banyak lumut maka antara tanaman dan lumut akan berebut nutrisi, pertumbuhan tidak maximal.  Awalnya botol tersebut di potong sepertiga dari atas. Hasil potongan dibuat lobang2 lalu ditutupkan terbalik. Nah setelah itu masukan sumbu untuk penghubung nutisi dan tanaman. Taruh tanaman di atas flannel yg di atas. Maaf gambarnya kurang jelas
 Berikutnya adalah box stereofoam, ketika kita menggunakan box ini maka sebaiknya kita lapisi bagian dalam box dengan plastic, tujuannya supaya box lebih awet dan menghindari kebocoran box. Cara membuatnya, kita lapisi bagian dalam box (wadah box) dengan plastic. Kita lubangi tutup box untuk tempat menanam, kurang lebih 15 lubang. Melubanginya bisa menggunakan kawat yang dibentuk bulat lalu dipanaskan, nah dalam kondisi panas bisa langsung di letakkan di tempat yang akan dilubangi. Lalu ditutupkan terbalik, supaya jarak tanaman dengan nutrisi lebih dekat. 
Selanjutnya yaitu talang air, hamper sama cara kerjanya dengan yang lain, namun kita menggunakan stereofoam untuk penutup talangnya. Bisa dilihat di gambar berikut:




 Sumbu
Untuk sumbu kita bisa gunakan kain flannel, kain bekas handuk, sumbu kompor. Menurut pengalaman kami kain flannel yang paling bagus karena daya kapilernya tinggi serta tidak mudah robek.

   Tanaman yang akan ditanam.
  Nah untuk menyiapkan tanamannya bisa dilihat di gambar berikut:

Untuk jenis sayur daun, kita hanya butuh satu bulan untuk panen. Singkat, sehat, sederhana, simple. Semoga kita senantiasa bisa berkarya dengan kondisi apapun. Memanfaatkan hal2 yang bisa dipergunakan jauh lebih baik. Selamat dan semangat berkarya teman-teman. #KeepGreenOurSurrounding.



Jumat, 27 Maret 2015

Sejarah Kami Menggunakan hidroponik.



Kami termasuk orang yang nomaden, alias pindah pindah tempat tinggal karena pekerjaan. Jadi awal mulanya setelah kami menikah, kantor tempat kerja suami saya ada mutasi karyawaan, termasuk suamiku. Suamiku dimutasi ke daerah Kabupaten OKU (Ogan Komering Ulu), kota Baturaja. Sebuah daerah kota kabupaten di Sumatera Selatan. Kami mengontrak rumah yang lokasinya tidak jauh dari kantor suami. Rumah kontrakan yang tidak begitu luas tetapi nyaman bagi kami, dekat dengan masjid dan pusat kota. Meski kota yang dibilang di sini adalah kota kabupaten yang tidak begitu luas dan fasilitas yang jauh beda dengan kota-kota besar. Kami butuh empat jam untuk menempuh kota besar, ibu kota provinsi. Dengan kondisi jalan yang banyak berlubang dan jauh membuat kami kadang malas kalau ke kota hanya untuk berlibur atau mencari tempat-tempat hiburan. Dengan kondisi seperti  ini, akhirnya kami mencari aktivitas yang menyenangkan untuk mengisi weekend. Selain dengerin ceramah, nonton film dll, kami mencari aktiviats yang bisa bermanfaat.





Awalnya kami mengisi weekend dengan bertanam. Langkah pertama yang kita lakukan  yaitu mengolah tanah depan rumah kami yang nota bene tanah yang keras dan tandus. Kami cangkul dan memberi  pupuk. Tanaman pertama yang kami tanam adalah cabe. Hasilnya begitu dahsyat, dua pohon bisa menghasilkan banyak cabe. Setelah itu kami coba terong ungu, wow Masya Allah..hasilnya melimpah..sampe kita bagi-bagi ke tetangga deket rumah. Karen lahan sudah penuh, akhirnya suami browsing tentang bertanam dengan lahan yang sempit. Mucullah kata hydroponic, atau urban farming (bercocok tanam di perkotaan). Setelah dipelajari kita mulai mencoba. Kita beli online perkap hidroponik yang dikirim dari Jawa. Dengan starter kit kita mulai berhidroponik ria.

Tak terasa weekend selalu kita habiskan dengan berhidroponik. Setelah bisa bertanam dengan starter kit, kita mulai dengan membuat perkap sendiri untuk memperluas kebun hidroponik.  Space kosong belakang dan depan rumah mulai penuh dengan tanaman.  Karna hasil melimpah, kita pernah menjual sawi ke pasar. Meski hasil tidak banyak tapi kami senang.

Nah begitulah sejarah kami berhidroponik ria. Memanfaatkan waktu luang dan lahan yang ada disekitar rumah dengan kegiatan bermanfaat. Bagi yang tidak punya lahan untuk bertanam, segera pelajari tentang hidroponik. Selain bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan sayur keluarga, bisa bermanfaat juga untuk penghijauan lingkungan. # KeepGreenOurSurrounding

Rabu, 25 Maret 2015

Hydroponic As a Solution in Narrow Land and Less Productive Soil

Farming is an activity that long ago been done by our ancestors. Farming activities in the agricultural sector can support economic needs of the community / farmer. Farmers are accustomed to conventional farming systems, cultivating the land first, and then wait for the rains the right time for planting. Of course this is not an activity that is effective when compared between ancient and modern. In developed countries, agricultural activities can be done simply, more controlled and scheduled. Farming systems that developed long ago is hydroponic systems. Hydroponics is a method of farming without the use of soil. Land which is actually the place to grow plants can be replaced with an inert medium, such as sand, charcoal, husk, rockwool, cotton, gravel, etc. In areas with unproductive land / margin, hydroponics offers agricultural activities that can be developed. Hydroponic farming is able to deliver results with the production of high quality that can increase the sale value of the crop.

Hydroponics is derived from Hydro (water) and Ponics (treatment), so that could be interpreted hydroponic is cultivation with water as planting medium. Hydroponic history began in 3 centuries ago, in 1669 in the UK has been done in the laboratory testing hydroponic plants. Progress was very influential occurred in 1936, Dr.WF Gericke in California (USA) managed to grow tomatoes as high as 3 meters and fruitful in a tub filled with mineral water. From this moment hydroponics continues to spread to various countries. In Indonesia hydroponics began to be developed in about 1980.

According Raffar (1993), the hydroponic system is a way that is very effective crop production. This system was developed based on the grounds that if the plants are given optimal growth conditions, the maximum potential for production can be achieved. This is related to the growth of the root system of plants, in which the growth of plant roots will produce the optimum growth of shoots or the top of a very tall. In hydroponic systems, given nutrient compositions containing organic salts impartial to grow roots with ideal environmental conditions.

The reason for choosing hydroponics is none other than because of its virtue as compared to conventional systems. Some advantages by applying hydroponic system are as follows:
1. Can be done on land with soil less productive even though, because the media does not use soil to grow plants
2. Safe environment because it does not use pesticides that damage the soil.
3. Save fertilizer use.                          
4. Did not require a lot of labor.
5. Saving water much because they do not need to pour water every day.
6. No requires a lot of land, crops media can be made in stages.
7. Cleanness more easily maintained and protected from diseases that come from the ground.
8. Plants cultivation can be done without depending on the season.
9. Plant nutrients can be supplied in accordance with the requirements of the plant.
10.  Pests and diseases attack tend to be rarer and more easily controlled.
11. If done properly can yield higher quality with higher quantity.
12. Can set the time of planting and harvesting schedules in accordance with the needs of the market or consumer demand.


So Hydroponic is simple way as solution farming in Narrow Land and Less  Productive Soil

Perkenalan dengan Hidroponik

Perkenalan Dengan Hidroponik
Hidroponik berasal dari bahasa Yunani, yaitu hydro yang artinya air dan ponos yang artinya daya. Hidroponik juga dikenal dengan budidaya tanaman tanpa tanah atau soilless culture. Jadi hidroponik berarti budidaya tanaman yang memanfaatkan air dan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam.
Sistem yang digunakan dalam menanam secara hidroponik ada beberapa diantaranya adalah sistem wick (sumbu), NFT (Nutrient Film Technique) dan Fertigasi.

Sistem wick merupakan metode hidroponik yang menggunakan perantara sumbu antara nutrisi dan media tanam. Sistem ini mirip dengan konsep sumbu kompor, sumbu berfungsi untuk menyerap air. Sumbu yang dipilih yang mempunyai daya kapilaritas tinggi dan tidak cepat lapuk (robek). Kami biasanya menggunakan kain flannel, namun tidak menutup kemungkinan dengan menggunakan dari bahan yang lain, missal sumbu kompor atau handuk bekas. Menurut kami system wick ini merupakan system yang paling sederhana dibanding yang lain. Kita bias menggunakan botol plastic bekas, box Stereofoam bekas anggur, talang air atau yang lain. Berikut contoh hidroponik sistem sistem wick 


Sistem NFT merupakan metode budidaya tanaman dengan akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal dan tersirkulasi sehingga tanaman dapat memperoleh cukup air nutrisi dan oksigen. Sirkulasi dalam sistem ini digerakkan oleh pompa. Peralatan yang diperlukan dalam system NFT ini adalah alat penampung (bias menggunakan ember besar atau tangki), pompa dan paralon (talang). Berikut contoh hidroponik sistem NFT:


Sistem Fertigasi adalah teknik aplikasi unsure hara melalui system irigasi. Sesuai dengan pengertian fertigasi yang merupakan singkatan dari fertilisasi (pemupukan) dan irigasi. Efisiensi penggunaan unsure hara diterapkan dalam sisitem ini karena pupuk diberikan dalam jumlah sedikit tetapi kontinyu, serta mengurangi kehilangan unsure hara (khususnya nitrogen) akibat leaching atau pencucian dan denitrifikasi (kehilangan nitrogen akibat perubahan menjadi gas). Peralatan yang digunakan dalam sisitem ini antara lain pompa, talang (bisa juga menggunakan polybag), cocopeat (serabut kelapa yang digiling), sekam bakar, dripper, selang kecil, digital timer. Fungsi cocopeat atau sekam bakar disini adalah pengganti tanah, sebagai penopang tanaman. Berikut contoh sistem vertigasi:












Bertanam dengan cara hidroponik memiliki beberapa keunggulan diantaranya:
·         Pemberian nutrisi sesuai dengan ukuran kedawasaan tanaman.
·         Kebersihan lebih terjamin sehingga penyakit bisa dihindari.
·         Masa panen yang lebih cepat serta hasil yang lebih baik.
·         Solusi bagi daerah perkotaan dengan lahan yang sempit.
Adapun kekurangan bertanam dengan hidroponik yaitu modal awal yang relative lebih besar, terutama untuk system NFT dan Fertigasi. Adapun peralatan yang digunakan dalam hidroponik tidak hanya untuk sekali pake (satu periode) namum masih bisa dipakai untuk periode penanaman selanjutnya.
Demikian tentang perkenalan singkat dengan hidroponik, selanjutnya akan ada pembahasan yang lebih detail pada setiap system yang digunakan dalam bertanam secara hidroponik. Semoga bermanfaat dan tetap peduli dengan lingkungan disekitar kita.